Ciri-Ciri Folklor Kedudukan folklor dengan kebudayaan lainnya tentu saja berbeda, karena folklor memiliki karakteristik atau ciri tersendiri. Menurut pendapat Danandjaja 1997 3, ciri-ciri pengenal utama pada folklor bisa dirumuskan sebagai berikut. a. Penyebaran dan pewarisannya biasanya dilakukan secara lisan, yakni disebarkan melalui tutur kata dari mulut ke mulut. b. Folklor bersifat tradisional, yakni disebarkan dalam bentuk relatif tetap atau dalam bentuk standar. c. Folklor ada exis dalam versi-versi bahkan varian-varian yang berbeda. Hal ini diakibatkan oleh cara penyebarannya dari mulut ke mulut lisan, biasanya bukan melalui cetakan atau rekaman, sehingga oleh proses lupa diri manusia atau proses interpolasi interpolation. d. Folklor bersifat anonim, yaitu nama penciptanya sudah tidak diketahui orang lagi. e. Folkor biasanya mempunyai bentuk berumus atau berpola. Dan selalu menggunakan kata-kata klise. f. Folklor mempunyai kegunaan sebagai alat pendidik, pelipur lara, protes sosial, dan proyeksi keinginan terpendam. g. Folklor bersifat pralogis, yaitu mempunyai logika sendiri yang tidak sesuai logika umum. Ciri pengenalan ini terutama berlaku bagi folklor lisan dan sebagian lisan. h. Folklor menjadi milik bersama collective dari kolektif tertentu. Hal ini sudah tentu diakibatkan karena penciptanya yang pertama sudah tidakdiketahui lagi, sehingga setiap anggota kolektif yang bersangkutan merasa memilikinya. i. Folklor pada umumnya bersifar polos dan lugu, sehingga seringkali kelihatannya kasar, terlalu spontan. Hal ini dapat dimengerti apabila mengingat bahwa banyak folklor merupakan proyeksi emosi manusia yang paling jujur manisfestasinya. Teteduhan tebak-tebakan Kalau dilihat dari judul di atas, mungkin para pembaca mengira penulis akan membahas tempat-tempat berteduh yang aman jika hujan deras. Bukan, bukan itu kawan. Teteduhan adalah sebutan teka-teki atau tebak-tebakan dalam bahasa lampung. Tidak hanya teteduhan, di daerah Kedonong teka-teki atau tebak-tebakan dikenal dengan istilah seganing, bahkan ada juga yang menyebutnya sakiman. Memang, sejak zaman dahulu teka-teki atau tebak-tebakan sudah dikenal oleh masyarakat Indonesia, khususnya para pemuda dan pemudi. Banyak penyebutan atau istilah lain dan di setiap daerah berbeda-beda. Oleh karena itu untuk mengefektifkan tulisan ini, kami menggunakan istilah teteduhan Dalam masyarakat Lampung, teteduhan berfungsi untuk 1. Sebagai saran hiburan 2. Dapat meningkatkan silaturahmi 3. Sebagai sarana komunikasi 4. Dapat meningkatkan kretivitas 5. Menambah wawasan 6. Melestarikan budaya Lampung Cara membuat teteduhan 1. Teteduhan tidak harus disampaikan dengan bernyanyi, bernyanyi merupakan salah satu contoh penyampaian teteduhan yang dapat menyenangkan hati. 2. Kata-katanya tidak dibatasi, yang penting sopan. 3. Kalimatnya juga tidak dibatasi, namun usahan singkat dan jelas. 4. Dapat diambil dari bahasa Indonesia lalu diubah ke bahasa Lampung 5. Gunakan kata-kata perumpamaan Contoh teteduhan Kukughuyuk-kukughuyuk kukuruyuk-kukuruyuk Ghena bunyini begitu bunyinya Cukutni wat tekah kakinya bertanduk Binatang api gelaghni? binatang apa namanya ? Jawabannya Ayam Jantan Behenap lain iwa bersisik bukan ikan Betudung lain ghaja berpayung bukan raja Sapa sai dapok neduh siapa yang bisa menebak Api gelaghni sina? apa namanya itu? Jawabannya Buah Nanas Mengan sekali makan sekali Betongni butahun-tahun kenyangnya bertahun-tahun Sapa sai dapok neduh siapa yang bisa menebak Api gelaghni sina? apa namanaya itu? Jawabnnya Bantal Contoh Teteduhan Singkat 1. Lapahni injing-injing, digok-digok mak cawa. Behulu mak becuping, api gelaghni?Terjemahannya jalannya jinjit-jinjit, geleng-geleng tidak bicara. Berkepala tak bertelinga, apa namanya ? Jawabnya gangsing 2. Ngedok nap lain iwa, wat tudung lain raja ? Terjemahannya bersisik bukan ikan, punya payung bukan raja ? Jawabannya buah nanas 3. Lappeu pandai tambugh ? terjemahannya lampu bisa terbang ? Jawabannya kunang-kunang 4. Ngemik galah, anying mak makko uleu ? punya leher, tapi tidak punya kepala ? Jawabannya Botol 5. Indukno dipusau-pusau, ankno diiyek-iyek ? Terjemahannya Induknya dielus-elus, anaknya diinjak-injak ? Jawabannya Tangga 6. Jinnow now agheng. Munnei-kemunneian jadei andak ? Terjemahannya Tadinya hitam. Lama-kelamaan jadi putih ? Jawabannya Rambut 7. Ulai matei pandai ngudut ? Terjemahannya Ular mati bisa merokok ? Jawabannya Obat Nyamuk Segata/ Adi-Adi/ Pattun Segata/ Adi-Adi/ Pattun merupakan salah satu sastra lisan Lampung yang berbentuk puisi. Istilah pattun dikenal di lingkungan masyarakat Lampung Abung, Menggala Tulang Bawang, Pubian, Sungkai, Way Kanan, dan Melinting. Di lingkungan masyarakat Pesisir dikenal dengan istilah segata dan ada pula yang menggunakan istilah adi-adi. Oleh karena itu untuk mengefektifkan tulisan ini, digunakan istilah segata. Puisi jenis segata di kalangan etnis Lampung lazim digunakan dalam acara-acara muda-mudi yang disebut dengan istilah kedayek/ kedayok atau jagodamagh/ jagadamagh. Di samping itu, di lingkungan masyarakat Lampung Pepadun, segata sering pula digunakan untuk melengkapi acara cangget tarian adat’. Isi segata bermacam-macam. Secara umum, isinya berupa ungkapan perasaan, harapan, atau humor. Fungsi dan Contoh Segata Segata dalam kehidupan masyarakat Lampung memiliki beberapa fungsi sebagai berikut 1. Digunakan sebagai media pengungkapan isi hati kepada seseorang dari si bujang kepada si gadis atau sebaliknya. 2. Dijadikan alat penghibur pada suasana bersantai atau dijadikan alat penghilang kejenuhan. 3. Dijadikan pelengkap acara cangget tarian adat di lingkungan masyarakat Lampung pepadun. Jenis-Jenis Segata Menurut isi segata dapat dikelompokkan dalam beberapa jenis yaitu 1. Segata sanak ngebabang Segata sanak ngebabang yaitu segata yang biasa disampaikan oleh kaum ibu, segata ini dimaksudkan untuk menina bobokan anak. Contoh Dialek A Api sai bundogh-bundogh apa yang bulat-bulat Sai bundogh ina buah peci yang bulat itu buah peci Ngeliyak apak makai motogh melihat bapak memakai motor Si adik naghi-naghi si adik menari-nari Dialek O Nyou sai pukem-pekem Sai pukem ino buah peci Ngenah apak makai helm Si adik naghei-naghei Dialek A Buwak lapis buwak putu kue lapis kue putu Dibeli mak diantakko abang dibeli tak diantarkan abang Mati kak sikop pudak adikku betapa cantik wajah adikku Lamun mak ghisok miwang tak sering menangis Dialek O Juadah lapis juadah puteu Dibelei mak diatakko abang Metei kak sikep pudak adikkeu Lamen mak ghisok miwang 2. Segata Buhaga Segata buhaga adalah segata yang disampaikan oleh mulei meghanai Lampung. Segata ini disampaikan untuk mengungkapkan perasaan mereka. Contoh Dialek A Mati kak dawak mahhanku Unggul mawas disapu ghua kali Dapok kudo kupandai mahhanmu Nyak haga singgah dudi Dialek O Mettei kak dawak nuwokeu Unggal dawah disapeu wou kalei Dapek kudo kupandai nuwomeu Nyak agou singgah di nei 3. Segata Nangguh Sefata nangguh adalah segata yang biasa disampaikan pada saat ada acara tertentu, segata ini dimaksudkan untuk membuka dan menutup suatu acara. Segata ini biasa disampaikan oleh pembawa acara. Contoh Dialek A Muli sikop makai baju Tambah sikop ia bedandan Api kabagh unyin puaghiku Sihat seunyinni sina haghopan Dialek O Mulei sikep makai kawai Tambah sikep io bedandan Nyou kabagh unyen waghei Sihat seunyenno hino haghopan 4. Segata Lelagaan/ Gunjogh/ Begughau Segata Lelagaan/ Gunjogh adalah segata yang disampaikan dengan maksud unuk mengolok-olok atau untuk bersenda gurau. Umumnya segata ini disampaikan oleh mulei meghanai. Contoh Kikim disanik tapai Kemunnian ghasani pahit Niku meghanai wawai Kidang saying mak beduit 5. Segata Nyindegh Segata nyindegh adalah segata yang disampaikan dengan maksud memberi kiasan pada orang lain, atau menyindir tapi dengan cara yang sopan. Segata ini biasanya disampaikan oleh orang tua kepada putra-putrinya yang mau remaja, terkadang juga digunakan oleh muda-mudi. Contoh Belajagh sai temon-temon Tambagh ghajin tambah pandai Najin sikam sanak pekon Adat budaya tetep gham pakai 6. Segata Ijah Tawai Segata ijah tawai adalah segata yang disampaikan dengan maksud untuk memberikan nasehat kepada yang menerima segata. Segata ini biasa disampaikan oleh para orang tua untuk menasihati generasi penerusnya. Contoh Nayah ulun nyanik ketupat Apilagi haga lebaghan Dang lupa ngebayagh zakat Ki bandu ghadu kelamonan Ringget Beberapa orang pandai membacakan sebuah puisi, beberapa yang lain pandai menulis puisi. Sebagai mahasiswa Lampung pernahkah kita membaca atau menulis puisi Lampung? Puisi dalam bahasa Lampung, antara lain paradenei, talibun, pepaccugh, dan ringget. Pada kesempatan ini akan dibahas mengenai ringget. Ringget adalah salah satu bentuk sastra lisan Lampung dialek Abung yang sering dipergunakan dalam upacara pelepasan mempelai wanita, pengantar musyawarah adat atau pelengkap acara cangget. Ciri-ciri ringget adalah memiliki bait demi bait dan tiap baitnya terdiri dari empat baris, bersajak a-b-c-d, jumlah bait dala satuan ringget ada kurang lebih 12 bait. Isi ringget pada umumnya berupa kenangan masa lalu, harapan atau pesan-pesan yang disampaikan oleh pembaca ringget. Jika ringet digunakan dalam pelepasan mempelai wanita, pengungkapannya dilakukan sesaat sebelum keberangkatan. Contoh Ringget. Tabik nuppang cerito maaf numpang berkata Sikam pun kilu watteu Saya mohon waktu Unyen gham sai tetengan Kepada semua yang hadir Wawai pik wawai harei Kesempatan baik hari ini Panas kebiyan sino Hari ini Nyak diitarken bidang sukeu Saya dilepas oleh semua suku Lajeu bidang kebuaian Beserta semua kebuaian Anak lunjak patcah ajei Dari podium kebesaran adat Ayah umei metei wo Ayah Ibu kalian berdua Lajeu segalo uppeu Beserta kakek dan nenek Munih apak kemaman juga paman Keminan tutuk mehanei Bibi, adik, dan kakak Sakik setenno ajo Sakit sebenarnya ini Lak puas di atei keu Belum puas rasanya Tahhun lak piho limban Belum terlalu lama Di unggak kepikan metei Di atas pangkuan kalian Mulei di libo ghabo Gadis di hilir dan di hulu Meghanai bidang sukeu Pemuka seluruhnya Ki wat nyapang aturan Andaikan ada kesalahan Nyak mahap jamo metei Saya mohon maaf kepada kalian Iduh kapan gham tunggo Entah kpan kita berjumpa Nyak lapah makko watteu Saya pergi tidak terbatas waktu Pepido siwek rasan Kita sama-sama disibukkan pekerjaan Dibingei, tukuk, debel Malam, pagi, dan sore Adik metei wo tugo Adikku semua Beghadeu iling piseu Hentikan kebiasaan berkelahi Cutcun adat aturan Junjung adat aturan Dang guwai kesel atei Jangan membuat hati kesal Katteu maka nyaman diyo Siapa tahu Wat salah kelereu Ada salah atau kekeliruan Jejamo semahapan Mari saling memaafkan Mahhal igo gham warei Mahal arti persaudaraan Layen kado ulun tano Umumnya, orang sekarang Kak nayah sumang lakeu Sudah banyak kelakuannya yang aneh Nyaman adat aturan Tidak mengetahui adat aturan Cepalo makko lagei Pamali/ tabu tidak ada lagi Begheng timbul cerito Ketika mendapat aib Sango miyanak maleu Sekeluarga menanggung malu Nutukken sai mak keruan Mengikuti yang tidak senonoh Direi mak mak beigo lagei Harga diri tidak ada lagi Kak mittar nyak jo tano Sekarang asaya sudah mau berangkat Labuhan rateu kutujeu Labuhan ratu yang kutuju Nedo pai jamo Tuhan Memohon kepada Tuhan Tagen selamat tiogeh nei Agar selamat sampai tujuan Penano pai tuan Sampai sekian dulu, paman Lajeu di miyanak warei Beserta semua sanak saudara Jejamo semahapan Mari saling memaafkan Sikam lapah permisei Sata permisi dulu untuk pergi
4xYi.